KARYA TULIS ILMIAH "Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya'ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan"

 

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH DAUROH JASMANI DAN ROHANI DI BULAN SYA’BAN TERHADAP  KUALITAS IBADAH DI BULAN RAMADHAN

(Dibuat Sebagai Karya Tulis Ilmiah Untuk Mengikuti Lomba Kreativitas Ramadhan yang diadakan oleh Perguruan Darul Hikam)

 

 

 


Muhamad Nasrudin, S.Pd

NIY. 6600879

 

 

 

 

BANDUNG

1443 H/2022 M


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mampu memberikan suri tauladan bagi umatnya.

Alhamdulilah penulis ucapkan atas petunjuk, pertolongan dan kekuatan yang diberikan Allah Subhanahu Wata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Segala hasil yang diperoleh penulis, tidak luput dari kontribusi, peran, dorongan, bombingan, dan kritik konstruktif dari berbagai pihak. Untuk itu semua, penulis menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada:

1.      Bapak Yuniardi Yusuf, S.Pd sebagai kepala sekolah SD Darul Hikam 2 Rancaekek atas kesempatan dan dukungannya untuk pembuatan karya tulis ilmiah ini.

2.      Bapak dan Ibu Guru SD Darul Hikam 2 Rancaekek yang sudah mendukung dan selalu mensuport sehingga terselesaikan karya tulis ilmiah ini.

3.      Ibu tercinta, Ibu Hj. Iis Marliah yang merupakan orang tua tanpa lelah mengiringi lantunan do’a yang tulus kepada penulis.

4.      Bapak H. Asep Abdul Karim selaku ketua dewan kemakmuran mesjid Komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yang sudah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

5.      Masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yang sudah berkerjasama dan bersedia menjadi narasumber dan objek yang di teliti.

6.      Istri tercinta dan anak tersayang Nova Krisdayanti dan Neisya Syahira An-Nashir yang telah memberikan dukungan, inspirasi, motivasi dan selalu setia mendampingi.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.

                                                                        Bandung,    April 2022

 

Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A.           Latar Belakang................................................................................................................1

B.            Rumusan Masalah..........................................................................................................1

C.            Tujuan Penelitian...........................................................................................................2

D.           Manfaat Penelitian ........................................................................................................2

E.            Metode Penelitian..........................................................................................................2

F.             Analisis Data.................................................................................................................2

G.           Landasan Teori.............................................................................................................4

BAB III PEMBAHASAN POKOK................................................................................................6

A.      Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban..........................................................6

1.           Dauroh Jasmani...............................................................................................6

2.           Dauroh Rohani................................................................................................7

3.           Bulan Sya’ban.................................................................................................8

B.            Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan...................................................................10

1.           Pengertian Kualitas......................................................................................10

2.           Ibadah di Bulan Ramadhan..........................................................................10

C.    Proses Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Orang yang Akan Melaksanakan Ibadah di Bulan Ramadhan...........................................................11

1.                Proses Proses Dauroh Jasmani di Bulan Sya’ban....................................11

2.                Proses Dauroh Rohani di Bulan Sya’ban.................................................12

D.           Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan Bagi Orang yang Melaksanakan Daurah Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban................................................................................12

E.            Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan.....................................................................................................13

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14

A.           Simpulan.................................................................................................................14

B.            Saran.......................................................................................................................14

C.            Rekomendasi..........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15


BAB I

PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

            Sebagai seorang muslim, ketika mendengar akan datangnya bulan Ramadan maka dia tergerak hati dan jasadnya untuk mempersiapkan dirinya untuk menggapai Ramadan yang berkualitas untuk menuju dan mendapatkan predikat taqwa dari Allah Subhanahu Wata’ala.

            Bukan tanpa alasan karena di bulan Ramadan Allah Subhanahu Wata’ala memberikan banyak limpahan pahala dan ampuanan bagi hambanya yang senantiasa banyak melaksanakan amaliah wajib ataupun sunnah dalam menghidupkan bulan Ramadan.

            Untuk menggapai bulan Ramadan yang berkualitas, maka sudah seharusnya kita dari mulai bulan Sya’ban mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, mulai persiapan jasad ataupun persiapan rohaninya. Karena pada bulan Ramadan semua hambaNya dilarang makan dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Walaupun tanpa makan dan minum sepanjang hari kita tidak boleh loyo dan lelah untuk mengisi bulan tersebut dengan amaliah terbaik yang dianjurkan oleh Allah subhanahu Wata’ala dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallalhu Alaihi Wassalam.

            Namun fenomena yang terjadi pada bulan Ramadan dari tahun ke tahun terus terjadi dan tidak dapat dihindari. Terlihat rapatnya barisan atau shaf shalat tarawih di sepuluh hari  pertama Ramadan namun di hari berikutnya sampai hari terakhir bulan Ramadan shaf shalat tarawih atau subuh terus menyusut dan berkurang bahkan menjadi seperti pada bulan dan hari biasanya.

            Bangun sahur di sepuluh hari pertama begitu semangat dan dinanti-nanti namun pada sepuluh hari kemudian mulai dengan makan sahur yang sedikit bahkan dihari berikutnya melewatkan makan sahur dan melanjutkan kembali dengan tidurnya.

            Penurunan kualitas ibadah yang terjadi pada sekelompok orang tersebut menjadi fenomena yang biasa dan tidak mencoba untuk dirubah, sehingga layaknya seperti menjadi kebiasaan dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadan.

            Berawal dari latar belakang diatas, Penulis membuat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan”, dibuat sebagai karya tulis ilmiah dalam mengikuti lomba kreativitas Ramadan yang diadakan oleh Perguruan Darul Hikam Bandung.

B.            Rumusan Masalah        

            Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1.      Bagaimana proses dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban bagi orang yang akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan?

2.      Bagaimana kualitas ibadah di bulan Ramadan bagi orang yang mempesiapkan jasmani dan rohaninya di bulan Sya’ban?

3.      Bagaimana pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan?

C.            Tujuan Penelitian

            Bertolak dari rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan:

1.      Untuk mengetahui proses dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban bagi orang yang akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan.

2.      Untuk mengetahui kualitas ibadah di bulan Ramadan bagi orang yang mempesiapkan jasmani dan rohaninya di bulan Sya’ban

3.      Untuk mengetahui pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan?

D.           Manfaat penelitian

            Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka dari itu penulis merumuskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:

1.      Memperbaiki kualitas ibadah masyarakat yang beragama islam pada saat ibadah di bulan Ramadan

2.      Menambah wawasan keilmuan masyarakat khususnya yang beragama islam dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan.

3.      Memberikan kesadaran bagi masyarakat luas bahwa pentingnya dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban sebagai langkah persiapan menggapai kualitas ibadah terbaik di bulan Ramadan.

E.            Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan melihat fenomena masyarakat dalam melaksanakan ibadah Ramadan serta melihat rujukan dari sumber buku dan tokoh yang relevan untuk dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini.

F.             Analisis Data

1.           Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan adalah menggunakan teknik Teknik Analisis Data Model Spradley dengan tahapan sebagai berikut:

a.         Analisis Domain

Tahap pertama adalah analisis domain yaitu proses untuk mendapatkan gambaran umum dari objek yang diteliti atau dari sebuah isu sosial yang diangkat menjadi tema penelitian.

Gambaran umum yang diambil dalam penelitian ini adalah gambaran ibadah Ramadan masyarakat yang ada di komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang dan gambaran umum kegiatan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban masyarakat yang ada di komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang.

b.        Analisis Taksonomi

Pada tahap analisis taksonomi semua domain dari data yang sudah didapatkan kemudian akan dikaji atau dibedah untuk bisa diketahui struktur internalnya seperti apa. Sehingga peneliti bisa mengetahui unsur apa saja yang membangun domain-domain data penelitian tersebut.

Dalam penentuan dan pengkajian pada tahap ini, fokus peneliti pada pengkajian secara mendalam terhadap sumber buku atau pustaka dan tokoh yang relevan untuk memenuhi kebutuhan dalam penunjang variabel x dan y.

c.         Analisis Komponensial

Tahap selanjutnya adalah analisis komponensial yang dilakukan dengan membedah lagi unsur yang menyusun domain. Jadi, setelah tahap analisis taksonomi selesai dilakukan maka akan langsung ke tahap analisis komponensial.

Pada tahap ini penulis akan mengambil kegiatan ibadah rohani di bulan Sya’ban masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang seperti kegiatan shalat tarawih, Ibadah sahur, Ibadah puasa dan tadarus Al Qur’an serta kegiatan dauroh di bulan Sya’ban pada indikator jasmani dengan berolah raga senam aerobik, Stracing dan bersepeda.

d.        Analisis Tema Kultural

Pada tahap ini penulis akan menyimpulkan bagaimana pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan pada masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang.

2.        Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sebagai berikut:

a.         Studi Dokumen

            Teknik pengumpulan data kualitatif yang pertama adalah studi dokumen. Sesuai namanya, teknik ini dilakukan dengan mengkaji sejumlah dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian.

            Studi dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Al Qur’an, Tafsir Al Qur’an, buku hadits, buku biografi tokoh, kajian Pustaka serta Website artikel dan jurnal.

b.        Wawancara

            Wawancara sendiri merupakan proses pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada narasumber. Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini adalah warga masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yang dipilih secara acak untuk memenuhi kebutuhan dalam mengumpulkan data.

c.         Observasi

            Teknik berikutnya adalah observasi atau pengamatan, yakni teknik mendapatkan data kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan ini bisa mendatangi suatu lokasi secara langsung dan mengamati kondisi sekitarnya, kemudian disusun menjadi data-data hasil pengamatan.

            Observasi atau pengamatan dalam penelitian ini adalah warga masyarakat komplek bumi sari indah 1 manggahang dalam kesehariannya ketika menjalankan ibadah Ramadan.

G.           Landasan Teori

            Dauroh diambil dari Bahasa Arab yaitu dara-yadurru-Dauroh yang artinya pelatihan. Secara istilah berarti aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah masyarakat yang relative banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, penelitian, kajian Islam, mengkaji suatu masalah dengan mengangkat tema yang dirasa sangat penting untuk lebih mendalami Islam (Wikipedia, 2018). 

            Jasmani merupakan segala sesuatu yang dapat dilihat, dipegang, dan dinikmati. Jasmani itu berupa fisik, raga, dan badan. Dalam sebuah artikel yang dikeluarkan oleh SehatQu menyebutkan kebugaran jasmani adalah kemampuan fisik seseorang dalam melakukan tugas sehari-hari tanpa menimbulkan rasa lelah berlebihan. Ada banyak unsur kebugaran jasmani, antara lain kekuatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, hingga kelentukan.

Menurut Zakiah Daradjat (1975:34) Kesehatan rohani atau mental merupakan terwujudnya keserasian yang sunguh-sungguh antara fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara dirinya dengan lingkungannya berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang lebih bermakna serta bahagia dunia dan akhirat.

Bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban karena orang-orang Arab berpencar mencari air atau berpencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab, demikian kata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, versi Maktabah as-Salafiyah, jilid IV: 213. Karena itu, bulan ini kadang dilupakan, setelah bulan Rajab sebagai bulan haram dan menanti bulan Ramadan. Bulan Sya’ban ini adalah bulan yang memiliki keutamaan penting, sehingga banyak para ahli ibadah dan pegiat amal-amal kebaikan memanfaatkan bulan ini untuk diisi dengan berbagai kebaikan dan persiapan untuk menghadapi bulan selanjutnya yaitu bulan Ramadan.

Karen Horney (1942), mengatakan bahwa manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, sehingga terwujudlah tingkah laku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain.

Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA (1999) menyatakan bahwa Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.

Ramadan adalah Bulan Suci ketika umat Islam berpuasa dan mencoba melakukan thawab (amal baik yang diberikan oleh Allah). Di bulan Ramadan, diwajibkan bagi orang beriman untuk berpuasa, menahan lapar dan haus mulai dari terbit sang fajar hingga terbenamnya matahari. Di bulan ini umat Islam berlomba-lomba melakukan amal baik. Sebab, Ramadan adalah bulan penuh keberkahan.

Ramadan biasanya berlangsung selama 29 hingga 30 hari, tergantung dari hilal. Arti Ramadan sendiri diambil dari bahasa Arab yaitu ramada atau ar-ramad, artinya panas yang menghanguskan atau kekeringan.

Makna ini kerap disangkutpautkan dengan jatuhnya Ramadan saat musim panas menyengat. Sebab itu pula umat Islam mengibaratkan panas menyengat dapat menghapus dosa-dosa selama ini. Bukan sekadar artinya saja yang penuh makna, tapi selama Bulan Suci ini banyak kejadian penting dan istimewa dalam sejarah Islam.

Hubungan antara dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban dengan kualitas ibadah di bulan Ramadan yaitu ketika jasmani dan rohani yang sudah dilatih, dibiasakan dan disiapkan di bulan Sya’ban, maka ketika menghadapi bulan Ramadan, jasmani dan rohaninyan sudah siap baik dalam menjalankan ibadah puasa dengan tidak minum dan makan sepanjang hari serta dalam menjalankan ibadah dan amaliahnyapun tidak menjadi beban, sehingga dengan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban, kualitas ibadah di bulan Ramadannya meningkat dan istiqomah.

BAB II

POKOK PEMBAHASAN

A.           Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban

1.        Dauroh Jasmani

a.         Pengertian Dauroh

            Dauroh diambil dari bahasa arab yaitu dara-yadurru-dauroh yang artinya pelatihan. secara istilah berarti aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah masyarakat yang relative banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, penelitian, kajian islam, mengkaji suatu masalah dengan mengangkat tema yang dirasa sangat penting untuk lebih mendalami islam (wikipedia, 2018).

            Dauroh merupakan salah satu cara yang digunakan masyarakat dalam mencari ilmu untuk meningkatkan kadar wawasan islam dalam suatu pelatihan atau kajian keislaman yang diselenggarakan lebih dari satu hari pada masyarakat baik secara invidu maupun sebagai pemimpin untuk aktivitas islami dan kepentingan dakwah kepada para jamaah.

            Dauroh dapat diartikan sebagai proses seseorang dalam melakukan pelatihan atau latihan untuk mendapatkan hasil dan kualitas terbaik pada suatu hal.

b.        Pengertian Jasmani

            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata jasmani adalah tubuh atau badan.

            Dalam sebauah artikel yang dikeluarkan oleh SehatQu menyebutkan Kebugaran jasmani adalah kemampuan fisik seseorang dalam melakukan tugas sehari-hari tanpa menimbulkan rasa lelah berlebihan. Ada banyak unsur kebugaran jasmani, antara lain kekuatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, hingga kelentukan.

            Menurut artikel tersebut ada unsur-unsur yang dapat dibentuk dan dilatih untuk mendapatkan kebugaran jasmani diantaranya: Kekuatan (strength), Daya tahan (endurance), Kelentukan (flexibility), Komposisi tubuh (body composition), Kecepatan (speed), Kelincahan (agility), Koordinasi (coordination), Keseimbangan (balance), Daya ledak (explosive power), Kecepatan reaksi (reaction time).

            Dauroh atau latihan jasmani dapat dilakukan dengan beberapa bentuk latihan sesuai dengan tujuan atau kebugaran apa yang ingin kita dapatkan serta dengan melihat dari unsur-unsur dari kebugaran itu sendiri. 

            Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan untuk menjaga dan mendapatkan kebugaran jasmani, perlu adanya latihan dan pembiasaan yang dilakukan secara rutin, sehingga tubuh atau badan tidak mudah lelah, otot-otot menjadi lentur dan keseimbangan serta kebugaran jasmani bisa didapatkan.

2.        Dauroh Rohani

a.              Pengertian Dauroh Rohani

Samudra Aziz dan Setia Budi (2004:85), mendefinisikan rohani adalah bagian yang halus dan susunan kehalusan manusia yang memiliki kecenderungan kepada sifat-sifat Allah Subhanahu Wata’ala.

Menurut ‘Ali Abd al-Hamid Mahmud (2000:50), pendidikan atau dauroh rohani merupakan sebuah sistem yang lebih memfokuskan pada pembinaan aspek rohaniah manusia. Artinya, dalam pendidikan rohani terdapat interelasi antara aspek wilayah rohaniah manusia yaitu: qalb, nafs, ruh, dan ‘aql. Dengan demikian, pendidikan rohani adalah sebuah pembinaan bagi seseorang untuk mengembangkan segala potensi rohaniahnya yang dapat melahirkan perilaku atau sikap terpuji menuju terwujudnya suatu kepribadian mulia, sehingga bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.

Uraian di atas dapat memberikan kesimpulan bahwa Arah dari dauroh rohani adalah upaya membimbing manusia dengan memaksimalkan potensi qalb, nafs, ruh dan ‘aql ke arah pencapaian kesempurnaan kehidupan rohaniah dan spiritual yang dimilikinya baik di implementasikan dalam ibadah mahdhoh yang langsung kepada Allah Subhanahu Wata’ala ataupun ibadah ghair mahdhoh yaitu ibadah dan kedekatan secara sikap sosial kepada sesama manusia yang dilaksanakan secara konsisten dan istiqomah.

b.        Metode Dauroh Rohani

            Metode dauroh rohani adalah segala jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses dauroh rohani.

            Adapun metode dan sarana pendidikan rohani adalah: “Takhalli, Tahalli dan Tajalli; Ta’alluq, Takhalluq dan Tahaqquq; ta’abud (ibadah); doa dan dzikir”

            Berikut penjelasan dari metode dauroh rohani diantaranya:

1)  Metode Takhalli, Tahalli dan Tajalli

            Manusia harus melalui proses latihan spiritual yang disebut takhalli/zero mind process (mengosongkan diri dari segala keburukan atau kejahatan), tahalli/character building (menghiasi diri dengan perilaku baik) dan tajalli/God spot (kondisi dimana kualitas Ilahiyyah teraktualisasikan dan termanifestasikan). Hal ini sejalan dengan Surat Asy-Syams ayat 8-10. (Usman Said, dkk, 1981).

2)      Metode Ta’alluq, Takhalluq dan Tahaqquq

            Dengan metode ta’alluq manusia berusaha mengingat dan meningkatkan kesadaran hati dan pikiran manusia kepada Allah SWT. Kemudian takhalluq adalah usaha secara meniru sifat-sifat Tuhannya. Proses ini juga bisa disebut internalisasi sifat Tuhan ke dalam diri manusia dalam batas kemanusiaan. Sedangkan tahaqquq, yaitu suatu kemampuan untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya sebagai makhluk yang didominasi sifat-sifat Tuhan sehingga tercermin dalam perilakunya hal-hal yang suci dan mulia.

3)     Metode Ta’abud (ibadah)

            Dalam Islam, ibadah memberikan latihan rohani yang diperlukan bagi manusia. (Nasution Harun, 1985:24). Kehidupan perharinya akan diatur oleh shalat, keseimbangan gizi badannya akan diatur oleh puasa, keseimbangan sosial ekonominya akan diatur oleh zakat dan tatanan batin serta perasaan sosial mereka akan dibangun oleh ibadah haji (Rahman Abdul, 1998:119-126).

4)     Metode Doa dan Zikir

            Menurut Dadang Hawari (1990:133), Doa dan dzikir merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi dari psikoterapi biasa. Menurut ‘Ali Abd al-Hamid Mahmud (2000) Zikir ada dua macam, zikir dengan hati dan zikir dengan lisan. Keduanya harus dilakukan untuk menguatkan jiwa dan memebersihkannya dari berbagai kotoran

Dari berbagai metode yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwasaanya dauroh rohani dapat dilaksanakan dengan metode  “Takhalli, Tahalli dan Tajalli; Ta’alluq, Takhalluq dan Tahaqquq; ta’abud (ibadah); doa dan dzikir” sehingga mampu meningkatkan tinggkat spiritual dan kedekatan kita kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mampu mengobati rohani atau jiwa yang sakit sehingga ruh dan jiwanya kembali pada Allah subhanahu Wata’ala.

3.        Bulan Sya’ban

            Bulan Sya’ban merupakan salah satu bulan yang memiliki keistimewaan di dalam kalender islam. Arti bulan Sya’ban dalam Islam adalah kelompok atau golongan. Dalam kalender Hijriah, Bulan Sya’ban merupakan bulan kedelapan setelah Rajab, dan merupakan gerbang menuju bulan suci Ramadan.

            Dikutip DeskJabar.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official yang diunggah pada Jum'at, 4 Maret 2022 dengan judul Rahasia dan Makna Bulan Sya’ban. Dalam video uanggahannya, Ustadz Adi Hidayat bercerita sebuah hikayat tentang awal mula bulan Sya’ban, Sejak zaman Jahiliyah masyarakat Arab tempo dulu berusaha untuk membentuk kelompok-kelompok kecil yang menyebar ke tempat di wilayah Padang Pasir untuk mencari sumber air dan menyiapkan tempat-tempat tertentu, penampungan-penampungan air sebagai persiapan menuju bulan ke-9 yang begitu terik, begitu panas membakar sehingga berpotensi menjadikan sumur-sumur air menjadi kering dan aktivitas juga menjadi terbatas. Bulan ke-9 itulah saat panas terik memancar disebut dengan Ramadan, masyarakat menyebut dengan Ramadan dari kata Ramadha yang berarti terik panas membakar.

            Karena itulah kemudian sebulan sebelumnya Mereka kemudian membagi tugas perkelompok-kelompok. Pengelompokan-pengelompokan untuk menyebar disebut dengan tasya'ub namanya, keadaannya disebut dengan Sya’ban. Maka di bulan Sya’ban, masyarakat seperti yang diuraikan, mereka bertugas menyebar mencari sumber-sumber air untuk ditampung dan dikumpulkan sebagai persiapan di bulan yang ke-9 yaitu bulan Ramadan.

            Secara metafora makna itu dibawa dalam nilai-nilai syariat, nilai pendidikan spiritual, orang-orang yang saat Ramadan mau meningkatkan amalnya, membangun ketaatan, meninggalkan maksiat, bertaubat kepada Allah.

            Untuk itu perlu persiapan, tidak semua orang yang sampai ke bulan Ramadan boleh jadi mendapatkan peningkatan taqwa, dapat manfaat dari taubatnya, bisa terdorong untuk meningkatkan ketaatan, belum tentu kalau dia tidak sungguh-sungguh, kalau dia tidak serius. Karena itu ayat puasa ketika dihadirkan di ayat 183 di surat Al-Baqarah itu, di penghujung Allah akhiri dengan kalimat la'allakum tattaqụn agar kalian mampu meningkatkan taqwa.

            Rasulullah SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan persiapan menyambut Ramadan dengan memperbanyak puasa sunnah. Secara khusus disebutkan dalam hadits tentang keutamaan bulan Sya’ban yaitu dari Usamah bin Zaid, ia bertanya pada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah, aku belum pernah melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan Sya’ban?, Maka Rasulullah SAW menjawab “(Sya’ban) itu adalah bulan antara Rojab dan Ramadan yang kebanyakan manusia melalaikannya. Sya’ban adalah bulan dimana amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, karenanya aku suka ketika amal-amalku diangkat, sementara aku dalam keadaaan berpuasa “ (HR Nasa’i).

            Adapun serangkaian persiapan di bulan Sya’ban yang bisa kita lakukan antara lain; Menyediakan waktu untuk muhasabah diri, Memperbanyak istighfar dan taubat, Melatih diri dan anak-anak dengan ibadah Ramadan di bulan Sya’ban, Memperbaiki hubungan dengan saudara dan keluarga, Menjalin silaturrahim dengan tetangga, Persiapan Keimanan dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah, Memperbanyak Puasa dan Membayar Hutang Puasa dan Persiapan Ilmu.

            Dari Uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwasaannya bulan Sya’ban merupakan bulan dauroh dan latihan untuk meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani kita dalam mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan yang diberkahi di dalamnya. Seperti yang dilakukan Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam, di aspek rohaninya belaiu di bulan Sya’ban sering melakukan Shalat malam, Puasa Sunnah satu bulan atau puasa daud, sering bersilaturahmi dan bershadaqoh dengan harapan beliau bisa melaksanakan dan meningkat amalannya di bulan Ramadan. Kemudian diaspek jasmaniahnya sesuai dengan riwayat dan kisah bulan Sya’ban, maka kita harus meningkatkan potensi jasmani kita dengan dauroh atau latihan yang sesuai sehingga kita tidak merasakan kelelahan dan keletihan serta jasmaniah kita sudah siap dan terbiasa ketika menjalankan ibadah di bulan Ramadan.

B.            Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan

1.        Pengertian Kualitas

            Karen Horney (2005), Mengatakan bahwa manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya, sehingga terwujudlah tingkah laku yang harmonis. Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain.

            Dari berbagai pendapat tentang manusia berkualitas di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa manusia berkualitas itu meliputi kepribadian yang utuh (integrated personality), kepribadian yang sehat (healthy personality), kepribadian yang normal (normal personality) dan kepribadian yang produktif (productive personality) (M Dahlan, 1990:76).

2.        Ibadah di Bulan Ramadan

            Secara umum ibadah memiliki arti segala sesuatu yang dilakukan manusia atas dasar patuh terhadap pencipta Nya sebagai jalan untuk mendekatka diri kepada Nya. Menurut jumhur ulama Ibadah adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang disukai Allah dan yang diridhaiNya, baik berupa perkataan maupun perbuatan (H. E Hassan Saleh, 2008:3-5).

            Dalam sebuah jurnal yang dikeluarkan oleh UIN Jakarta yang di tulis oleh Dr. Zubair Ahmad, MA (2009)  Ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadan diantaranya sebagai berikut:

a)      Ibadah Puasa

            Ibadah puasa di bulan Ramadan adalah suatu kewajiban bagi umat manusia yang beriman dengan tujuan untuk meraih taqwa dari Allah Subhanahu Wata’ala, sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala Q.S Al Baqarah ayat 183.

b)      Ibadah Sahur

            Ibadah sahur merupakan suatu hal yang sangat disunnahkan, menurut kesepakatan para ulama berdasarkan syariat Islam. Hal ini telah dianjurkan Nabi Muhammad SAW dalam hadits Anas bin Malik riwayat Al Bukhori dan Muslim yang artinya: "Bersahurlah kalian, sesungguhnya pada sahur itu ada berkah," (H.R Bukhari Muslim).

c)      Qiyamul Lail (Shalat Tarawih dan Witir)

Shalat Tarawih adalah ibadah Sunnah yang khusus dikerjakan pada malam bulan Ramadan setelah melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum shalat witir. Shalat tarawih hukumnya adalah sunnah muakkad, di mana sangat dianjurkan untuk dikerjakan, baik bagi kaum laki-laki atau pun perempuan.

d) Itikaf

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah beritikaf atau berdiam diri di dalam masjid. Rasulullah saw dalam haditsnya bersabda “Siapa yang ingin beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir,”  (HR Ibnu Hibban).

Hadits di atas menjelaskan tentang anjuran memperbanyak itikaf di bulan Ramadan saat sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Sebab, waktu tersebut merupakan momen paling potensial untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Meski demikian, tidak ada salahnya jika itikaf sudah mulai diperbanyak sejak awal Ramadan. Itikaf sendiri bukan sebatas berdiam diri di dalam masjid, tetapi juga harus disertai niat dan melakukan ibadah seperti shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya selama beritikaf.

e)  Tadarus Al Qur’an

Tadarus artinya belajar. Tadarus Al Quran ialah membaca Al Quran, memahami hukum tajwidnya termasuk memahami arti yang terkandung di dalamnya. Dr. H. Kholilurrohman, MA dalam bukunya "Bekal Menyambut Bulan Suci Ramadan", pahala membaca Al Quran di bulan Ramadan sangat istimewa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwasannya banyak amalan yang dapat diamalkan dalam prosesi ibadah di bulan Ramadan yang dapat dilaksanakan secara mandiri atau berjamaah untuk mendapatkan pahala, ampunan dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghidupkan siang dan malamnya di bulan Ramadan diantaranya; ibadah Puasa, ibadah sahur, ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir), ibadah itikaf dan tadarus Al Qur’an.

C.            Proses Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Orang yang Akan Melaksanakan Ibadah di Bulan Ramadan.

1.             Proses Dauroh Jasmani di Bulan Sya’ban

            Dauroh jasmani yang dilakukan oleh masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang, yaitu dengan melatih fisik dan otot agar jasmani tetap bugar dan sehat serta menjaga pola makan dengan memperhatikan kebutuhan tubuh. Adapun cara yang dilakukan untuk menjaga kebugaran jasmani salah satunya yaitu dengan cara senam aerobik yang dilakukan secara bersama setiap hari minggu dengan iringan instrumen musik atau senam secara mandiri di rumahnya masing-masing. Dauroh ini bertujuan untuk menjaga kesehatan jantung dan paru-paru serta untuk menjaga keseimbangan tubuh sehingga ketika beribadah puasa tidak mudah lelah dan letih.

            Kemudian dauroh jasmani selanjutnya yaitu stracing di setiap pagi dengan tujuan untuk membuat otot tidak kaku dan melenturkan kembali otot syaraf yang tidak berfungsi dengan baik. Latihan ini dilakukan setiap pagi setelah shalat subuh.

            Dauroh jasmani selanjutnya yaitu dengan penggabungan latihan fisik dan otot dengan bersepeda secara bersama yang dilakukan di hari sabtu atau minggu selama satu bulan di bulan Sya’ban. Tujuannya adalah untuk membakar lemak dan meningkatkan stamina sehingga tubuh tidak mudah lelah dan tetap prima.

2.        Proses Dauroh Rohani di Bulan Sya’ban

            Proses daurah rohani di bulan Sya’ban masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yaitu dengan kegaiatan ibadah puasa sunnah senin dan kamis, puasa daud dengan tujuan agar terbiasa ketika memasuki bulan Ramadan.

            Kemudian shalat tahajud dan witir di sepertiga malam di setiap harinya dengan tujuan untuk mempersiapkan fisik dan pembiasaan untuk makan sahur serta Qiyamullail agar ketika bulan Ramadan tiba, kebugaran jasmani dan rohaninya sudah siap.

            Disamping latihan puasa sunnah dan Qiyamullail, dauroh rohani di bulan Sya’ban juga dilengkapi dengan memperbanyak membaca dan mempelajari Al Qur’an. Kegitan ini dilaksanakan secara bersama setelah shalat subuh atau secara mandiri di rumah dengan tujuan agar ketika datang bulan Ramadan, lisan kita sudah terbiasa dan fasih dalam membaca Al Qur’an sehingga mampu mengkhatamkan Al Qur’an di bulan Ramadan.

D.           Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan Bagi Orang yang Melaksanakan Daurah Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban

Kualitas ibadah di bulan Ramadan bagi orang yang melaksanakan daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat konsisten dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan, seperti ibadah Puasa yang terlaksana dengan baik dan tidak merasa lelah atau keletihan, ibadah sahur disetiap malamnya terlaksana bahkan disebelum santap sahur diisi terlebih dahulu dengan shalat sunnah tahajjud, kemudian istiqomah dalam ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir) berjamaah di mesjid selama Ramadan bahkan selalu menjadi orang yang berdiri di shaf shalat paling depan.

Kemudian ibadah itikaf di setiap malamnya tidak terlewat untuk mengharapkan malam lailatul qodar dan tadarus Al Qur’an bersama di mesjid selepas shalat subuh dengan tilawah dan mempelajari tajwid serta maknanya bahkan dilanjutkan dengan tadarus Al Qur’an secara mandiri di rumahnya masing-masing sampai bisa mengkhatamkan beberapa kali dalam satu bulan di bulan Ramadan.

E.            Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan   

            Dari Hasil pengamatan secara langsung, melalui wawancara dan observasi yang dilakukan di Komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang, Dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang Kec Baleendah Kab Bandung.

            Perbedaan masyarakat yang melakukan daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban dan masyarakat yang tidak melakukan daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat dari kegiatan amalaiyah Ramadan yang dilaksanakan di mesjid kompek Bumi Sari Indah 1 manggahang. Masyarakat yang melakukan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat konsisten dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan, seperti ibadah Puasa yang terlaksana dengan baik dan tidak merasa lelah atau keletihan, ibadah sahur disetiap malamnya terlaksana bahkan disebelum santap sahur diisi dulu dengan shalat sunnah tahajjud, kemudian istiqomah dalam ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir) berjamaah di mesjid selama Ramadan, ibadah itikaf di setiap malamnya dan tadarus Al Qur’an bersama atau mandiri sampai bisa mengkhatamkan beberapa kali dalam satu bulan.

            Sedangkan masyrakat yang tidak melakukan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban, kualitas ibadah Ramadannya menurun seperti ibadah sahur yang kesiangan bahkan terlewatkan, tidak terlihat saat pelaksanaan ibadah tarawih berjamaah bahkan dari pengalaman Ramadan tahun lalu di 20 hari terakhir bulan Ramadan, mesjid terlihat hanya 2 shaf yang awal mulanya ada 13 shaf shalat tarawih, kemudian pelaksanaan tadarus Al Qur’an yang tidak terjadwal dan tidak mempunyai target sehingga tidak mampu mengkhatamkan 30 juz dalam Al Qur’an dan ibadah puasa yang dijalankan terasa lebih melelahkan dan menjadi beban karena kurangnya persiapan dan kesiapan masyarakat dalam mengahadapi ibadah di bulan Ramadan.

BAB III

PENUTUP

A.           Simpulan

            Dari hasil penelitain tentang Pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan diantaranya:

1)      Proses dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban bagi orang yang akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan diawali dengan dauroh jasmani dengan cara senam aerobik bersama, stracing dan bersepeda bersama, kemudian diselingi dengan daurah rohani yaitu dengan kegaiatan ibadah puasa sunnah senin dan kamis, puasa daud, shalat tahajjud dan witir di sepertiga malam serta memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al Qur’an.

2)      Kualitas ibadah di bulan Ramadan yang melaksanakan daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat konsisten dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan, seperti ibadah Puasa, ibadah sahur disetiap malamnya, istiqomah dalam ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir), ibadah itikaf di setiap malamnya dan tadarus Al Qur’an secara bersama atau mandiri.

3)      Dari Hasil pengamatan secara langsung, melalui wawancara dan observasi dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan pada masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang Kec. Baleendah Kab. Bandung.

B.            Saran

1)      Semua Masyarakat harus mengikuti dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban agar kualitas ibadah di bulan Ramadan meningkat dan istiqomah.

2)      Masyarakat harus mulai menyadari dan mengevaluasi ibadahnya pada bulan Ramadan dan menyiapkan diri agar menjadi lebih baik dalam melaksanakan ibadah Ramadan pada tahun berikutnya.

C.            Rekomendasi

            Dari hasil penelitian dan uraian diatas maka penulis merekomendasikan yaitu Dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terbukti berpengaruh terhadap peningkatan dan kualitas ibadah masyarakat di bulan Ramadan sehingga perlu dilaksanakan dan diamalkan oleh seluruh masyarakat terutama umat Islam.  

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman al-Nahlawiy, Ushûl Tarbiyah Islamiyah wa Wasâiluha fi al-Bait, al-Madrasah wa al-Mujtama’, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1998)

Abdul Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar (Dalam Perspektif Islam), Kencana: Jakarta, 2004.

Allport, W. Gordon. 1954. The Nature of Prejudice. United States of America : Addison-Wesley Publishing Company.

‘Ali Abd al-Hamid Mahmud, al-Tarbiyah al-Ruhiyyah, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dengan judul: Pendidikan Rohani, (Jakarta: Gema Insani Press, Cetakan ke-1, 2000).

Bakran al-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam Penerapan Metode Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002).

Dadang Hawari, Agama, Psikiatri, dan Kesehatan Jiwa dalam; Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia, 70 Tahun Prof. Dr. Zakiah Daradjat, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cetakan ke-1, 1999).

Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press), 1979.

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, Jilid I, Cetakan ke-1, 1985).

Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Kerjasama Walisongo Press dan Pustaka Pelajar, Cetakan ke-I, 2002).

Horney, Karen. 2005. Women Medicine. USA: Chelsea House Publisher.

H. E Hassan Saleh, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008).

H.M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Cet. I; Bandung: Mizan, 1999).

Komaruddin Hidayat, Manusia dan Penyempurnaan Dirinya: Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina, Cetakan ke- I, 1999).

M. D. Dahlan, Konsep Manusia Berkualitas Yang Dipersepsi Dari AlQur’an, Al-Hadits dan Qaul Ulama, Makalah Seminar Nasional Fakultas Syari’ah dan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta: UII, tanggal 19 Maret 1990).

Petter Salim dan Yummy Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English, 1991).

Qasim Ghina, Tarikh al-Tasawwuf al-Islamî, (Kairo: Maktabah alNahdlah al-Misriyah, 1970).

Rafy Safury, Psikologi islam tuntunan jiwa moderen (Jakarta PT raja Grafindo persada, 2009).

Samudra Azhari dan setia budi, eksistensi rohani manusia: Jakarta (yayasan majlis ta’lim HDH , 2004).

Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Naspar Djaja, 1981).

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975).

https://deskjabar.pikiran-rakyat.com/ragam/pr-1133888042/rahasia-dan-makna-bulan-syaban-ustad-adi-hidayat-bakar-semua-dosa-dan-kesalahan-yang-pernah-diperbuat

https://baznas.grobogan.go.id/informasi/artikel/21-persiapan-kita-di-bulan-sya-ban-menyongsong-Ramadan

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28133/4/Zubair-FAH.pd

https://www.sehatq.com/artikel/unsur-unsur-kebugaran-jasmani


 



 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KISAH SINGKAT SAHABAT NABI BILAL BIN RABBAH

KISAH SHAFIYYAH BINTI ABDUL MUTHALIB

KISAH KHADIJAH BINTI KHUWAILID