KARYA TULIS ILMIAH "Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya'ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan"
KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH DAUROH JASMANI DAN ROHANI
DI BULAN SYA’BAN TERHADAP KUALITAS
IBADAH DI BULAN RAMADHAN
(Dibuat Sebagai Karya Tulis Ilmiah
Untuk Mengikuti Lomba Kreativitas Ramadhan yang diadakan oleh Perguruan Darul
Hikam)
Muhamad Nasrudin, S.Pd
NIY. 6600879
BANDUNG
1443 H/2022 M
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah
Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta hidayahnya
kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang mampu memberikan suri tauladan bagi umatnya.
Alhamdulilah penulis
ucapkan atas petunjuk, pertolongan dan kekuatan yang diberikan Allah Subhanahu
Wata’ala sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Segala hasil
yang diperoleh penulis, tidak luput dari kontribusi, peran, dorongan,
bombingan, dan kritik konstruktif dari berbagai pihak. Untuk itu semua, penulis
menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada:
1.
Bapak Yuniardi Yusuf, S.Pd sebagai
kepala sekolah SD Darul Hikam 2 Rancaekek atas kesempatan dan dukungannya untuk
pembuatan karya tulis ilmiah ini.
2.
Bapak dan Ibu Guru SD Darul Hikam 2
Rancaekek yang sudah mendukung dan selalu mensuport sehingga terselesaikan
karya tulis ilmiah ini.
3.
Ibu tercinta, Ibu Hj. Iis Marliah yang
merupakan orang tua tanpa lelah mengiringi lantunan do’a yang tulus kepada
penulis.
4.
Bapak H. Asep Abdul Karim selaku ketua
dewan kemakmuran mesjid Komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yang sudah
mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.
5.
Masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1
Manggahang yang sudah berkerjasama dan bersedia menjadi narasumber dan objek
yang di teliti.
6. Istri
tercinta dan anak tersayang Nova Krisdayanti dan Neisya Syahira An-Nashir yang
telah memberikan dukungan, inspirasi, motivasi dan selalu setia mendampingi.
Semoga karya tulis
ilmiah ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Amiin.
Bandung, April 2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1
A.
Latar Belakang................................................................................................................1
B.
Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C.
Tujuan Penelitian...........................................................................................................2
D.
Manfaat Penelitian ........................................................................................................2
E.
Metode Penelitian..........................................................................................................2
F.
Analisis Data.................................................................................................................2
G.
Landasan Teori.............................................................................................................4
BAB III PEMBAHASAN POKOK................................................................................................6
A.
Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan
Sya’ban..........................................................6
1.
Dauroh Jasmani...............................................................................................6
2.
Dauroh Rohani................................................................................................7
3.
Bulan Sya’ban.................................................................................................8
B.
Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan...................................................................10
1.
Pengertian Kualitas......................................................................................10
2.
Ibadah di Bulan Ramadhan..........................................................................10
C. Proses Dauroh Jasmani dan Rohani di
Bulan Sya’ban Terhadap Orang yang Akan Melaksanakan Ibadah di Bulan Ramadhan...........................................................11
1.
Proses Proses Dauroh Jasmani di Bulan
Sya’ban....................................11
2.
Proses Dauroh Rohani di Bulan Sya’ban.................................................12
D.
Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan Bagi
Orang yang Melaksanakan Daurah Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban................................................................................12
E. Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadhan.....................................................................................................13
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................14
A.
Simpulan.................................................................................................................14
B.
Saran.......................................................................................................................14
C.
Rekomendasi..........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai seorang muslim, ketika
mendengar akan datangnya bulan Ramadan maka dia tergerak hati dan jasadnya
untuk mempersiapkan dirinya untuk menggapai Ramadan yang berkualitas untuk
menuju dan mendapatkan predikat taqwa dari Allah Subhanahu Wata’ala.
Bukan tanpa alasan karena di bulan Ramadan
Allah Subhanahu Wata’ala memberikan banyak limpahan pahala dan ampuanan bagi
hambanya yang senantiasa banyak melaksanakan amaliah wajib ataupun sunnah dalam
menghidupkan bulan Ramadan.
Untuk menggapai bulan Ramadan yang
berkualitas, maka sudah seharusnya kita dari mulai bulan Sya’ban mempersiapkan
diri dengan sebaik-baiknya, mulai persiapan jasad ataupun persiapan rohaninya.
Karena pada bulan Ramadan semua hambaNya dilarang makan dan minum dari mulai
terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Walaupun tanpa makan dan minum
sepanjang hari kita tidak boleh loyo dan lelah untuk mengisi bulan tersebut
dengan amaliah terbaik yang dianjurkan oleh Allah subhanahu Wata’ala dan
dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallalhu Alaihi Wassalam.
Namun fenomena yang terjadi pada
bulan Ramadan dari tahun ke tahun terus terjadi dan tidak dapat dihindari.
Terlihat rapatnya barisan atau shaf shalat tarawih di sepuluh hari pertama Ramadan namun di hari berikutnya
sampai hari terakhir bulan Ramadan shaf shalat tarawih atau subuh terus
menyusut dan berkurang bahkan menjadi seperti pada bulan dan hari biasanya.
Bangun sahur di sepuluh hari pertama
begitu semangat dan dinanti-nanti namun pada sepuluh hari kemudian mulai dengan
makan sahur yang sedikit bahkan dihari berikutnya melewatkan makan sahur dan
melanjutkan kembali dengan tidurnya.
Penurunan kualitas ibadah yang
terjadi pada sekelompok orang tersebut menjadi fenomena yang biasa dan tidak
mencoba untuk dirubah, sehingga layaknya seperti menjadi kebiasaan dalam
menjalankan ibadah di bulan Ramadan.
Berawal dari latar belakang diatas,
Penulis membuat sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Dauroh Jasmani dan
Rohani di Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan”, dibuat
sebagai karya tulis ilmiah dalam mengikuti lomba kreativitas Ramadan yang
diadakan oleh Perguruan Darul Hikam Bandung.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas
dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana proses dauroh jasmani dan
rohani di bulan Sya’ban bagi orang yang akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan?
2.
Bagaimana kualitas ibadah di bulan Ramadan
bagi orang yang mempesiapkan jasmani dan rohaninya di bulan Sya’ban?
3.
Bagaimana pengaruh dauroh jasmani dan
rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan?
C.
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di
atas penelitian ini bertujuan:
1. Untuk
mengetahui proses dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban bagi orang yang
akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan.
2. Untuk
mengetahui kualitas ibadah di bulan Ramadan bagi orang yang mempesiapkan
jasmani dan rohaninya di bulan Sya’ban
3. Untuk
mengetahui pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap
kualitas ibadah di bulan Ramadan?
D.
Manfaat penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian
diatas, maka dari itu penulis merumuskan beberapa manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki
kualitas ibadah masyarakat yang beragama islam pada saat ibadah di bulan Ramadan
2. Menambah wawasan keilmuan masyarakat khususnya
yang beragama islam dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadan.
3. Memberikan
kesadaran bagi masyarakat luas bahwa pentingnya dauroh jasmani dan rohani di
bulan Sya’ban sebagai langkah persiapan menggapai kualitas ibadah terbaik di
bulan Ramadan.
E.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dengan melihat
fenomena masyarakat dalam melaksanakan ibadah Ramadan serta melihat rujukan
dari sumber buku dan tokoh yang relevan untuk dijadikan sebagai referensi dalam
penelitian ini.
F.
Analisis Data
1.
Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan
adalah menggunakan teknik Teknik Analisis Data Model Spradley dengan
tahapan sebagai berikut:
a.
Analisis Domain
Tahap pertama adalah analisis domain
yaitu proses untuk mendapatkan gambaran umum dari objek yang diteliti atau dari
sebuah isu sosial yang diangkat menjadi tema penelitian.
Gambaran umum yang diambil dalam penelitian
ini adalah gambaran ibadah Ramadan masyarakat yang ada di komplek Bumi Sari
Indah 1 Manggahang dan gambaran umum kegiatan dauroh jasmani dan rohani di
bulan Sya’ban masyarakat yang ada di komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang.
b.
Analisis Taksonomi
Pada tahap analisis taksonomi semua
domain dari data yang sudah didapatkan kemudian akan dikaji atau dibedah untuk
bisa diketahui struktur internalnya seperti apa. Sehingga peneliti bisa
mengetahui unsur apa saja yang membangun domain-domain data penelitian
tersebut.
Dalam penentuan dan pengkajian pada
tahap ini, fokus peneliti pada pengkajian secara mendalam terhadap sumber buku
atau pustaka dan tokoh yang relevan untuk memenuhi kebutuhan dalam penunjang
variabel x dan y.
c.
Analisis Komponensial
Tahap selanjutnya adalah analisis
komponensial yang dilakukan dengan membedah lagi unsur yang menyusun domain.
Jadi, setelah tahap analisis taksonomi selesai dilakukan maka akan langsung ke
tahap analisis komponensial.
Pada tahap ini penulis akan mengambil
kegiatan ibadah rohani di bulan Sya’ban masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1
Manggahang seperti kegiatan shalat tarawih, Ibadah sahur, Ibadah puasa dan
tadarus Al Qur’an serta kegiatan dauroh di bulan Sya’ban pada indikator jasmani
dengan berolah raga senam aerobik, Stracing dan bersepeda.
d.
Analisis Tema Kultural
Pada tahap ini penulis akan menyimpulkan
bagaimana pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas
ibadah di bulan Ramadan pada masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang.
2.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah menggunakan teknik sebagai berikut:
a.
Studi Dokumen
Teknik pengumpulan data kualitatif
yang pertama adalah studi dokumen. Sesuai namanya, teknik ini dilakukan dengan
mengkaji sejumlah dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian.
Studi dokumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Al Qur’an, Tafsir Al Qur’an, buku hadits, buku biografi
tokoh, kajian Pustaka serta Website artikel dan jurnal.
b.
Wawancara
Wawancara sendiri merupakan proses
pengumpulan data kualitatif yang dilakukan dengan mengajukan sejumlah
pertanyaan kepada narasumber. Narasumber yang dipilih dalam penelitian ini
adalah warga masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yang dipilih
secara acak untuk memenuhi kebutuhan dalam mengumpulkan data.
c.
Observasi
Teknik berikutnya adalah observasi
atau pengamatan, yakni teknik mendapatkan data kualitatif dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. Pengamatan ini bisa mendatangi
suatu lokasi secara langsung dan mengamati kondisi sekitarnya, kemudian disusun
menjadi data-data hasil pengamatan.
Observasi atau pengamatan dalam
penelitian ini adalah warga masyarakat komplek bumi sari indah 1 manggahang
dalam kesehariannya ketika menjalankan ibadah Ramadan.
G.
Landasan Teori
Dauroh diambil dari Bahasa Arab
yaitu dara-yadurru-Dauroh yang artinya pelatihan. Secara
istilah berarti aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah masyarakat yang relative
banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, penelitian, kajian Islam,
mengkaji suatu masalah dengan mengangkat tema yang dirasa sangat penting untuk
lebih mendalami Islam (Wikipedia, 2018).
Jasmani merupakan segala sesuatu
yang dapat dilihat, dipegang, dan dinikmati. Jasmani itu berupa fisik, raga,
dan badan. Dalam sebuah artikel yang dikeluarkan oleh SehatQu menyebutkan kebugaran jasmani adalah kemampuan fisik
seseorang dalam melakukan tugas sehari-hari tanpa menimbulkan rasa lelah
berlebihan. Ada banyak unsur kebugaran jasmani, antara lain kekuatan, daya
tahan otot jantung dan paru-paru, kelincahan, hingga kelentukan.
Menurut Zakiah Daradjat (1975:34) Kesehatan rohani
atau mental merupakan terwujudnya keserasian yang sunguh-sungguh antara fungsi
kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara dirinya dengan lingkungannya
berdasarkan keimanan dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
lebih bermakna serta bahagia dunia dan akhirat.
Bulan Sya’ban dinamakan Sya’ban karena orang-orang
Arab berpencar mencari air atau berpencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab,
demikian kata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, versi Maktabah
as-Salafiyah, jilid IV: 213. Karena itu, bulan ini kadang dilupakan,
setelah bulan Rajab sebagai bulan haram dan menanti bulan Ramadan. Bulan Sya’ban
ini adalah bulan yang memiliki keutamaan penting, sehingga banyak para ahli
ibadah dan pegiat amal-amal kebaikan memanfaatkan bulan ini untuk diisi dengan
berbagai kebaikan dan persiapan untuk menghadapi bulan selanjutnya yaitu bulan Ramadan.
Karen Horney (1942), mengatakan bahwa manusia
berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan yang
ada dalam dirinya, sehingga terwujudlah tingkah laku yang harmonis. Ia mampu
berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan harmonis.
Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan hidupnya
tidak pula bergantung pada orang lain.
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA (1999) menyatakan
bahwa Ibadah adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai
puncaknya sebagai dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati
seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya
keyakinan dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah
itu memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.
Ramadan adalah Bulan Suci ketika umat Islam berpuasa dan
mencoba melakukan thawab (amal baik yang diberikan oleh Allah). Di bulan Ramadan,
diwajibkan bagi orang beriman untuk berpuasa, menahan lapar dan haus mulai dari
terbit sang fajar hingga terbenamnya matahari. Di bulan ini umat Islam berlomba-lomba melakukan amal baik.
Sebab, Ramadan adalah bulan penuh keberkahan.
Ramadan biasanya berlangsung selama 29 hingga 30
hari, tergantung dari hilal. Arti Ramadan sendiri diambil dari bahasa Arab
yaitu ramada atau ar-ramad, artinya panas yang menghanguskan atau kekeringan.
Makna ini kerap disangkutpautkan dengan jatuhnya Ramadan
saat musim panas menyengat. Sebab itu pula umat Islam mengibaratkan panas
menyengat dapat menghapus dosa-dosa selama ini. Bukan sekadar artinya saja yang
penuh makna, tapi selama Bulan Suci ini banyak kejadian penting dan istimewa
dalam sejarah Islam.
Hubungan antara dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban dengan kualitas ibadah di bulan Ramadan yaitu ketika jasmani dan rohani yang sudah dilatih, dibiasakan dan disiapkan di bulan Sya’ban, maka ketika menghadapi bulan Ramadan, jasmani dan rohaninyan sudah siap baik dalam menjalankan ibadah puasa dengan tidak minum dan makan sepanjang hari serta dalam menjalankan ibadah dan amaliahnyapun tidak menjadi beban, sehingga dengan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban, kualitas ibadah di bulan Ramadannya meningkat dan istiqomah.
BAB
II
POKOK
PEMBAHASAN
A.
Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban
1.
Dauroh Jasmani
a.
Pengertian Dauroh
Dauroh diambil dari bahasa arab
yaitu dara-yadurru-dauroh yang
artinya pelatihan. secara istilah berarti aktivitas untuk mengumpulkan sejumlah
masyarakat yang relative banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah,
penelitian, kajian islam, mengkaji suatu masalah dengan mengangkat tema yang
dirasa sangat penting untuk lebih mendalami islam (wikipedia, 2018).
Dauroh merupakan salah satu cara
yang digunakan masyarakat dalam mencari ilmu untuk meningkatkan kadar wawasan
islam dalam suatu pelatihan atau kajian keislaman yang diselenggarakan lebih
dari satu hari pada masyarakat baik secara invidu maupun sebagai pemimpin untuk
aktivitas islami dan kepentingan dakwah kepada para jamaah.
Dauroh dapat diartikan sebagai
proses seseorang dalam melakukan pelatihan atau latihan untuk mendapatkan hasil
dan kualitas terbaik pada suatu hal.
b.
Pengertian Jasmani
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata jasmani adalah tubuh atau badan.
Dalam sebauah artikel yang
dikeluarkan oleh SehatQu menyebutkan
Kebugaran jasmani adalah kemampuan fisik seseorang dalam melakukan tugas
sehari-hari tanpa menimbulkan rasa lelah berlebihan. Ada banyak unsur kebugaran
jasmani, antara lain kekuatan, daya tahan otot jantung dan paru-paru,
kelincahan, hingga kelentukan.
Menurut artikel tersebut ada
unsur-unsur yang dapat dibentuk dan dilatih untuk mendapatkan kebugaran jasmani
diantaranya: Kekuatan (strength),
Daya tahan (endurance), Kelentukan (flexibility), Komposisi
tubuh (body composition), Kecepatan
(speed), Kelincahan (agility), Koordinasi (coordination), Keseimbangan
(balance), Daya ledak (explosive power), Kecepatan reaksi (reaction
time).
Dauroh atau latihan jasmani dapat
dilakukan dengan beberapa bentuk latihan sesuai dengan tujuan atau kebugaran
apa yang ingin kita dapatkan serta dengan melihat dari unsur-unsur dari kebugaran
itu sendiri.
Dari penjelasan diatas maka dapat
disimpulkan untuk menjaga dan mendapatkan kebugaran jasmani, perlu adanya
latihan dan pembiasaan yang dilakukan secara rutin, sehingga tubuh atau badan
tidak mudah lelah, otot-otot menjadi lentur dan keseimbangan serta kebugaran
jasmani bisa didapatkan.
2.
Dauroh Rohani
a.
Pengertian Dauroh Rohani
Samudra Aziz dan Setia Budi (2004:85), mendefinisikan
rohani adalah bagian yang halus dan susunan kehalusan manusia yang memiliki
kecenderungan kepada sifat-sifat Allah Subhanahu Wata’ala.
Menurut ‘Ali Abd al-Hamid Mahmud
(2000:50), pendidikan atau dauroh rohani merupakan sebuah sistem yang lebih
memfokuskan pada pembinaan aspek rohaniah manusia. Artinya, dalam pendidikan
rohani terdapat interelasi antara aspek wilayah rohaniah manusia yaitu: qalb, nafs, ruh, dan ‘aql. Dengan
demikian, pendidikan rohani adalah sebuah pembinaan bagi seseorang untuk
mengembangkan segala potensi rohaniahnya yang dapat melahirkan perilaku atau
sikap terpuji menuju terwujudnya suatu kepribadian mulia, sehingga bermanfaat
bagi dirinya dan masyarakat.
Uraian di atas dapat memberikan
kesimpulan bahwa Arah dari dauroh rohani adalah upaya membimbing manusia dengan
memaksimalkan potensi qalb, nafs, ruh dan ‘aql ke arah pencapaian kesempurnaan kehidupan rohaniah dan
spiritual yang dimilikinya baik di implementasikan dalam ibadah mahdhoh yang langsung kepada Allah
Subhanahu Wata’ala ataupun ibadah ghair
mahdhoh yaitu ibadah dan kedekatan
secara sikap sosial kepada sesama manusia yang dilaksanakan secara konsisten
dan istiqomah.
b.
Metode Dauroh Rohani
Metode dauroh rohani adalah segala
jalan atau sarana yang dapat digunakan dalam proses dauroh rohani.
Adapun metode dan sarana pendidikan
rohani adalah: “Takhalli, Tahalli dan Tajalli; Ta’alluq, Takhalluq dan
Tahaqquq; ta’abud (ibadah); doa dan dzikir”
Berikut penjelasan dari metode
dauroh rohani diantaranya:
1)
Metode Takhalli, Tahalli dan Tajalli
Manusia harus melalui proses latihan
spiritual yang disebut takhalli/zero mind
process (mengosongkan diri dari segala keburukan atau kejahatan), tahalli/character building (menghiasi
diri dengan perilaku baik) dan tajalli/God
spot (kondisi dimana kualitas Ilahiyyah teraktualisasikan dan
termanifestasikan). Hal ini sejalan dengan Surat Asy-Syams ayat 8-10. (Usman
Said, dkk, 1981).
2)
Metode Ta’alluq, Takhalluq dan
Tahaqquq
Dengan metode ta’alluq manusia berusaha mengingat dan meningkatkan kesadaran hati
dan pikiran manusia kepada Allah SWT. Kemudian takhalluq adalah usaha secara meniru sifat-sifat Tuhannya. Proses
ini juga bisa disebut internalisasi sifat Tuhan ke dalam diri manusia dalam
batas kemanusiaan. Sedangkan tahaqquq,
yaitu suatu kemampuan untuk mengaktualisasikan kesadaran dan kapasitas dirinya
sebagai makhluk yang didominasi sifat-sifat Tuhan sehingga tercermin dalam
perilakunya hal-hal yang suci dan mulia.
3)
Metode Ta’abud (ibadah)
Dalam Islam, ibadah memberikan
latihan rohani yang diperlukan bagi manusia. (Nasution Harun, 1985:24). Kehidupan
perharinya akan diatur oleh shalat, keseimbangan gizi badannya akan diatur oleh
puasa, keseimbangan sosial ekonominya akan diatur oleh zakat dan tatanan batin
serta perasaan sosial mereka akan dibangun oleh ibadah haji (Rahman Abdul, 1998:119-126).
4)
Metode Doa dan Zikir
Menurut Dadang Hawari (1990:133), Doa
dan dzikir merupakan terapi psikiatrik setingkat lebih tinggi dari psikoterapi
biasa. Menurut ‘Ali Abd al-Hamid Mahmud (2000) Zikir ada dua macam, zikir
dengan hati dan zikir dengan lisan. Keduanya harus dilakukan untuk menguatkan
jiwa dan memebersihkannya dari berbagai kotoran
Dari berbagai metode yang diuraikan
diatas maka dapat disimpulkan bahwasaanya dauroh rohani dapat dilaksanakan
dengan metode “Takhalli, Tahalli dan Tajalli; Ta’alluq, Takhalluq dan Tahaqquq; ta’abud (ibadah); doa dan
dzikir” sehingga mampu meningkatkan tinggkat spiritual dan kedekatan kita
kepada Allah Subhanahu Wata’ala dan mampu mengobati rohani atau jiwa yang sakit
sehingga ruh dan jiwanya kembali pada Allah subhanahu Wata’ala.
3.
Bulan Sya’ban
Bulan Sya’ban merupakan salah satu
bulan yang memiliki keistimewaan di dalam kalender islam. Arti bulan Sya’ban
dalam Islam adalah kelompok atau golongan. Dalam kalender Hijriah, Bulan Sya’ban
merupakan bulan kedelapan setelah Rajab, dan merupakan gerbang menuju bulan
suci Ramadan.
Dikutip DeskJabar.com dari kanal YouTube Adi Hidayat Official yang diunggah pada Jum'at, 4 Maret 2022
dengan judul Rahasia dan Makna Bulan Sya’ban. Dalam video uanggahannya, Ustadz Adi Hidayat bercerita sebuah hikayat tentang awal mula bulan
Sya’ban, Sejak zaman Jahiliyah masyarakat Arab tempo dulu berusaha untuk
membentuk kelompok-kelompok kecil yang menyebar ke tempat di wilayah Padang
Pasir untuk mencari sumber air
dan menyiapkan tempat-tempat tertentu, penampungan-penampungan air sebagai
persiapan menuju bulan ke-9 yang begitu terik, begitu panas membakar sehingga
berpotensi menjadikan sumur-sumur air menjadi
kering dan aktivitas juga menjadi terbatas. Bulan ke-9 itulah saat panas terik
memancar disebut dengan Ramadan, masyarakat menyebut dengan Ramadan dari kata
Ramadha yang berarti terik panas membakar.
Karena
itulah kemudian sebulan sebelumnya Mereka kemudian membagi tugas
perkelompok-kelompok. Pengelompokan-pengelompokan untuk menyebar disebut dengan
tasya'ub namanya, keadaannya disebut dengan Sya’ban. Maka di bulan Sya’ban, masyarakat
seperti yang diuraikan, mereka bertugas menyebar mencari sumber-sumber air
untuk ditampung dan dikumpulkan sebagai persiapan di bulan yang ke-9 yaitu
bulan Ramadan.
Secara
metafora makna itu dibawa dalam nilai-nilai syariat, nilai pendidikan
spiritual, orang-orang yang saat Ramadan mau meningkatkan amalnya, membangun
ketaatan, meninggalkan maksiat, bertaubat kepada Allah.
Untuk
itu perlu persiapan, tidak semua orang yang sampai ke bulan Ramadan boleh jadi
mendapatkan peningkatan taqwa, dapat manfaat dari taubatnya, bisa terdorong
untuk meningkatkan ketaatan, belum tentu kalau dia tidak sungguh-sungguh, kalau
dia tidak serius. Karena itu ayat puasa ketika dihadirkan di ayat 183 di surat
Al-Baqarah itu, di penghujung Allah akhiri dengan kalimat la'allakum tattaqụn agar kalian mampu meningkatkan taqwa.
Rasulullah
SAW dan para sahabat sejak awal telah menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan
persiapan menyambut Ramadan dengan memperbanyak puasa sunnah. Secara khusus
disebutkan dalam hadits tentang keutamaan bulan Sya’ban yaitu dari Usamah bin
Zaid, ia bertanya pada Rasulullah SAW “Wahai Rasulullah, aku belum pernah
melihatmu berpuasa pada sebuah bulan yang lebih banyak dari puasamu di bulan Sya’ban?,
Maka Rasulullah SAW menjawab “(Sya’ban) itu adalah bulan antara Rojab dan Ramadan
yang kebanyakan manusia melalaikannya. Sya’ban adalah bulan dimana
amalan-amalan diangkat menuju sisi Tuhan Semesta Alam, karenanya aku suka
ketika amal-amalku diangkat, sementara aku dalam keadaaan berpuasa “ (HR
Nasa’i).
Adapun
serangkaian persiapan di bulan Sya’ban yang bisa kita lakukan antara lain; Menyediakan
waktu untuk muhasabah diri, Memperbanyak istighfar dan taubat, Melatih diri dan
anak-anak dengan ibadah Ramadan di bulan Sya’ban, Memperbaiki hubungan dengan
saudara dan keluarga, Menjalin silaturrahim dengan tetangga, Persiapan Keimanan
dan Kejiwaan dengan Berdoa & Memperbanyak Ibadah, Memperbanyak Puasa dan
Membayar Hutang Puasa dan Persiapan Ilmu.
Dari
Uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwasaannya bulan Sya’ban merupakan
bulan dauroh dan latihan untuk meningkatkan kemampuan jasmani dan rohani kita
dalam mempersiapkan diri menuju bulan Ramadan yang diberkahi di dalamnya. Seperti
yang dilakukan Rasulullah Shallalahu Alaihi Wassalam, di aspek rohaninya belaiu
di bulan Sya’ban sering melakukan Shalat malam, Puasa Sunnah satu bulan atau
puasa daud, sering bersilaturahmi dan bershadaqoh dengan harapan beliau bisa
melaksanakan dan meningkat amalannya di bulan Ramadan. Kemudian diaspek
jasmaniahnya sesuai dengan riwayat dan kisah bulan Sya’ban, maka kita harus
meningkatkan potensi jasmani kita dengan dauroh atau latihan yang sesuai
sehingga kita tidak merasakan kelelahan dan keletihan serta jasmaniah kita
sudah siap dan terbiasa ketika menjalankan ibadah di bulan Ramadan.
B.
Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan
1.
Pengertian Kualitas
Karen Horney (2005), Mengatakan
bahwa manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan dorongan-dorongan
yang ada dalam dirinya, sehingga terwujudlah tingkah laku yang harmonis. Ia
mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan
harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan
hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain.
Dari berbagai pendapat tentang
manusia berkualitas di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa manusia
berkualitas itu meliputi kepribadian yang utuh (integrated personality), kepribadian yang sehat (healthy personality), kepribadian yang
normal (normal personality) dan
kepribadian yang produktif (productive
personality) (M Dahlan, 1990:76).
2.
Ibadah di Bulan Ramadan
Secara umum ibadah memiliki arti
segala sesuatu yang dilakukan manusia atas dasar patuh terhadap pencipta Nya
sebagai jalan untuk mendekatka diri kepada Nya. Menurut jumhur ulama Ibadah
adalah nama yang mencakup segala sesuatu yang disukai Allah dan yang
diridhaiNya, baik berupa perkataan maupun perbuatan (H. E Hassan Saleh, 2008:3-5).
Dalam
sebuah jurnal yang dikeluarkan oleh UIN Jakarta yang di tulis oleh Dr. Zubair
Ahmad, MA (2009) Ibadah yang dilaksanakan
pada bulan Ramadan diantaranya sebagai berikut:
a) Ibadah
Puasa
Ibadah puasa di bulan Ramadan adalah
suatu kewajiban bagi umat manusia yang beriman dengan tujuan untuk meraih taqwa
dari Allah Subhanahu Wata’ala, sesuai dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala
Q.S Al Baqarah ayat 183.
b) Ibadah
Sahur
Ibadah sahur merupakan suatu hal
yang sangat disunnahkan, menurut kesepakatan para ulama berdasarkan syariat
Islam. Hal ini telah dianjurkan Nabi Muhammad SAW dalam hadits Anas bin Malik
riwayat Al Bukhori dan Muslim yang artinya: "Bersahurlah kalian,
sesungguhnya pada sahur itu ada berkah," (H.R Bukhari Muslim).
c) Qiyamul
Lail (Shalat Tarawih dan Witir)
Shalat Tarawih adalah ibadah Sunnah yang khusus dikerjakan pada malam bulan Ramadan setelah
melaksanakan shalat Isya’ dan sebelum shalat witir. Shalat tarawih hukumnya
adalah sunnah muakkad, di mana sangat dianjurkan untuk dikerjakan, baik bagi
kaum laki-laki atau pun perempuan.
d)
Itikaf
Salah satu
ibadah yang sangat dianjurkan pada bulan ini adalah beritikaf atau berdiam diri
di dalam masjid. Rasulullah saw dalam haditsnya bersabda “Siapa yang ingin
beri’tikaf bersamaku, maka beri’tikaflah pada sepuluh malam terakhir,” (HR Ibnu Hibban).
Hadits di
atas menjelaskan tentang anjuran memperbanyak itikaf di bulan Ramadan saat
sudah memasuki sepuluh hari terakhir. Sebab, waktu tersebut merupakan momen
paling potensial untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Meski demikian, tidak
ada salahnya jika itikaf sudah mulai diperbanyak sejak awal Ramadan. Itikaf
sendiri bukan sebatas berdiam diri di dalam masjid, tetapi juga harus disertai
niat dan melakukan ibadah seperti shalat, berdzikir, membaca Al-Qur’an, dan
lain sebagainya selama beritikaf.
e) Tadarus Al Qur’an
Tadarus artinya belajar. Tadarus Al
Quran ialah membaca Al Quran, memahami hukum tajwidnya termasuk memahami arti
yang terkandung di dalamnya. Dr. H. Kholilurrohman, MA dalam bukunya
"Bekal Menyambut Bulan Suci Ramadan", pahala membaca Al Quran di
bulan Ramadan sangat istimewa.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwasannya banyak amalan yang dapat diamalkan dalam prosesi ibadah di bulan Ramadan
yang dapat dilaksanakan secara mandiri atau berjamaah untuk mendapatkan pahala,
ampunan dan ridha Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghidupkan siang dan
malamnya di bulan Ramadan diantaranya; ibadah Puasa, ibadah sahur, ibadah
qiyamullail (shalat tarawih dan witir), ibadah itikaf dan tadarus Al Qur’an.
C.
Proses Dauroh Jasmani dan Rohani di Bulan
Sya’ban Terhadap Orang yang Akan Melaksanakan Ibadah di Bulan Ramadan.
1.
Proses Dauroh Jasmani di Bulan Sya’ban
Dauroh jasmani yang dilakukan oleh
masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang, yaitu dengan melatih fisik dan
otot agar jasmani tetap bugar dan sehat serta menjaga pola makan dengan
memperhatikan kebutuhan tubuh. Adapun cara yang dilakukan untuk menjaga
kebugaran jasmani salah satunya yaitu dengan cara senam aerobik yang dilakukan
secara bersama setiap hari minggu dengan iringan instrumen musik atau senam
secara mandiri di rumahnya masing-masing. Dauroh ini bertujuan untuk menjaga
kesehatan jantung dan paru-paru serta untuk menjaga keseimbangan tubuh sehingga
ketika beribadah puasa tidak mudah lelah dan letih.
Kemudian dauroh jasmani selanjutnya
yaitu stracing di setiap pagi dengan tujuan untuk membuat otot tidak kaku dan
melenturkan kembali otot syaraf yang tidak berfungsi dengan baik. Latihan ini
dilakukan setiap pagi setelah shalat subuh.
Dauroh jasmani selanjutnya yaitu
dengan penggabungan latihan fisik dan otot dengan bersepeda secara bersama yang
dilakukan di hari sabtu atau minggu selama satu bulan di bulan Sya’ban.
Tujuannya adalah untuk membakar lemak dan meningkatkan stamina sehingga tubuh
tidak mudah lelah dan tetap prima.
2.
Proses Dauroh Rohani di Bulan Sya’ban
Proses daurah rohani di bulan
Sya’ban masyarakat komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang yaitu dengan kegaiatan
ibadah puasa sunnah senin dan kamis, puasa daud dengan tujuan agar terbiasa
ketika memasuki bulan Ramadan.
Kemudian shalat tahajud dan witir di
sepertiga malam di setiap harinya dengan tujuan untuk mempersiapkan fisik dan
pembiasaan untuk makan sahur serta Qiyamullail agar ketika bulan Ramadan tiba,
kebugaran jasmani dan rohaninya sudah siap.
Disamping latihan puasa sunnah dan
Qiyamullail, dauroh rohani di bulan Sya’ban juga dilengkapi dengan memperbanyak
membaca dan mempelajari Al Qur’an. Kegitan ini dilaksanakan secara bersama
setelah shalat subuh atau secara mandiri di rumah dengan tujuan agar ketika
datang bulan Ramadan, lisan kita sudah terbiasa dan fasih dalam membaca Al
Qur’an sehingga mampu mengkhatamkan Al Qur’an di bulan Ramadan.
D.
Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan Bagi
Orang yang Melaksanakan Daurah Jasmani dan Rohani di Bulan Sya’ban
Kualitas
ibadah di bulan Ramadan bagi orang yang melaksanakan daurah jasmani dan rohani
di bulan Sya’ban terlihat konsisten dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan,
seperti ibadah Puasa yang terlaksana dengan baik dan tidak merasa lelah atau
keletihan, ibadah sahur disetiap malamnya terlaksana bahkan disebelum santap
sahur diisi terlebih dahulu dengan shalat sunnah tahajjud, kemudian istiqomah
dalam ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir) berjamaah di mesjid selama Ramadan
bahkan selalu menjadi orang yang berdiri di shaf shalat paling depan.
Kemudian
ibadah itikaf di setiap malamnya tidak terlewat untuk mengharapkan malam
lailatul qodar dan tadarus Al Qur’an bersama di mesjid selepas shalat subuh
dengan tilawah dan mempelajari tajwid serta maknanya bahkan dilanjutkan dengan
tadarus Al Qur’an secara mandiri di rumahnya masing-masing sampai bisa
mengkhatamkan beberapa kali dalam satu bulan di bulan Ramadan.
E.
Pengaruh Dauroh Jasmani dan Rohani di
Bulan Sya’ban Terhadap Kualitas Ibadah di Bulan Ramadan
Dari Hasil pengamatan secara
langsung, melalui wawancara dan observasi yang dilakukan di Komplek Bumi Sari
Indah 1 Manggahang, Dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban sangat
berpengaruh terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan masyarakat komplek Bumi
Sari Indah 1 Manggahang Kec Baleendah Kab Bandung.
Perbedaan masyarakat yang melakukan
daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban dan masyarakat yang tidak melakukan
daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat dari kegiatan amalaiyah Ramadan
yang dilaksanakan di mesjid kompek Bumi Sari Indah 1 manggahang. Masyarakat
yang melakukan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terlihat konsisten
dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan, seperti ibadah Puasa yang
terlaksana dengan baik dan tidak merasa lelah atau keletihan, ibadah sahur
disetiap malamnya terlaksana bahkan disebelum santap sahur diisi dulu dengan
shalat sunnah tahajjud, kemudian istiqomah dalam ibadah qiyamullail (shalat tarawih dan witir) berjamaah di mesjid selama Ramadan,
ibadah itikaf di setiap malamnya dan tadarus Al Qur’an bersama atau mandiri sampai
bisa mengkhatamkan beberapa kali dalam satu bulan.
Sedangkan masyrakat yang tidak melakukan dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban, kualitas ibadah Ramadannya menurun seperti ibadah sahur yang kesiangan bahkan terlewatkan, tidak terlihat saat pelaksanaan ibadah tarawih berjamaah bahkan dari pengalaman Ramadan tahun lalu di 20 hari terakhir bulan Ramadan, mesjid terlihat hanya 2 shaf yang awal mulanya ada 13 shaf shalat tarawih, kemudian pelaksanaan tadarus Al Qur’an yang tidak terjadwal dan tidak mempunyai target sehingga tidak mampu mengkhatamkan 30 juz dalam Al Qur’an dan ibadah puasa yang dijalankan terasa lebih melelahkan dan menjadi beban karena kurangnya persiapan dan kesiapan masyarakat dalam mengahadapi ibadah di bulan Ramadan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
Dari hasil penelitain tentang
Pengaruh dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban terhadap kualitas ibadah di
bulan Ramadan diantaranya:
1)
Proses dauroh jasmani dan rohani di
bulan Sya’ban bagi orang yang akan melaksanakan ibadah di bulan Ramadan diawali
dengan dauroh jasmani dengan cara senam aerobik bersama, stracing dan bersepeda
bersama, kemudian diselingi dengan daurah rohani yaitu dengan kegaiatan ibadah
puasa sunnah senin dan kamis, puasa daud, shalat tahajjud dan witir di
sepertiga malam serta memperbanyak membaca dan mengkhatamkan Al Qur’an.
2) Kualitas
ibadah di bulan Ramadan yang melaksanakan daurah jasmani dan rohani di bulan Sya’ban
terlihat konsisten dan istiqomah dalam ibadah di bulan Ramadan, seperti ibadah
Puasa, ibadah sahur disetiap malamnya, istiqomah dalam ibadah qiyamullail
(shalat tarawih dan witir), ibadah itikaf di setiap malamnya dan tadarus Al
Qur’an secara bersama atau mandiri.
3)
Dari Hasil pengamatan secara langsung,
melalui wawancara dan observasi dauroh jasmani dan rohani di bulan Sya’ban
sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah di bulan Ramadan pada masyarakat
komplek Bumi Sari Indah 1 Manggahang Kec. Baleendah Kab. Bandung.
B.
Saran
1)
Semua Masyarakat harus mengikuti dauroh
jasmani dan rohani di bulan Sya’ban agar kualitas ibadah di bulan Ramadan
meningkat dan istiqomah.
2)
Masyarakat harus mulai menyadari dan
mengevaluasi ibadahnya pada bulan Ramadan dan menyiapkan diri agar menjadi
lebih baik dalam melaksanakan ibadah Ramadan pada tahun berikutnya.
C.
Rekomendasi
Dari hasil penelitian dan uraian
diatas maka penulis merekomendasikan yaitu Dauroh jasmani dan rohani di bulan
Sya’ban terbukti berpengaruh terhadap peningkatan dan kualitas ibadah
masyarakat di bulan Ramadan sehingga perlu dilaksanakan dan diamalkan oleh
seluruh masyarakat terutama umat Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman al-Nahlawiy, Ushûl Tarbiyah Islamiyah wa Wasâiluha fi
al-Bait, al-Madrasah wa al-Mujtama’, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 1998)
Abdul
Rahman Saleh, Psikologi Suatu Pengantar
(Dalam Perspektif Islam), Kencana: Jakarta, 2004.
Allport,
W. Gordon. 1954. The Nature of Prejudice.
United States of America : Addison-Wesley Publishing Company.
‘Ali
Abd al-Hamid Mahmud, al-Tarbiyah
al-Ruhiyyah, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-Kattani dengan judul: Pendidikan Rohani, (Jakarta: Gema Insani
Press, Cetakan ke-1, 2000).
Bakran
al-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam
Penerapan Metode Sufistik, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2002).
Dadang
Hawari, Agama, Psikiatri, dan Kesehatan
Jiwa dalam; Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam di Indonesia,
70 Tahun Prof. Dr. Zakiah Daradjat, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cetakan ke-1,
1999).
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press), 1979.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, Jilid I,
Cetakan ke-1, 1985).
Hasyim Muhammad, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, (Yogyakarta: Kerjasama
Walisongo Press dan Pustaka Pelajar, Cetakan ke-I, 2002).
Horney, Karen. 2005. Women Medicine. USA: Chelsea House
Publisher.
H. E Hassan Saleh, (ed.), Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008).
H.M. Quraish Shihab, Fatwa-fatwa Seputar Ibadah Mahdah (Cet. I; Bandung: Mizan, 1999).
Komaruddin Hidayat, Manusia dan Penyempurnaan Dirinya: Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, (Jakarta: Paramadina,
Cetakan ke- I, 1999).
M. D. Dahlan, Konsep Manusia Berkualitas Yang Dipersepsi Dari AlQur’an, Al-Hadits
dan Qaul Ulama, Makalah Seminar Nasional Fakultas Syari’ah dan Fakultas
Tarbiyah Universitas Islam Indonesia (Yogyakarta: UII, tanggal 19 Maret 1990).
Petter
Salim dan Yummy Salim. Kamus Bahasa
Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modem English, 1991).
Qasim Ghina, Tarikh al-Tasawwuf al-Islamî, (Kairo: Maktabah alNahdlah
al-Misriyah, 1970).
Rafy Safury, Psikologi islam tuntunan jiwa moderen (Jakarta PT raja Grafindo
persada, 2009).
Samudra Azhari dan setia budi, eksistensi rohani manusia: Jakarta
(yayasan majlis ta’lim HDH , 2004).
Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Naspar Djaja, 1981).
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975).
https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28133/4/Zubair-FAH.pd
https://www.sehatq.com/artikel/unsur-unsur-kebugaran-jasmani
Komentar
Posting Komentar